Beberapa Sifat Riya’ Yang Perlu Diwaspadai
Pintu-pintu yang mengantarkan kepada riya’ (ingin dipuji manusia) sangat banyak sekali, kita berlindung kepada Allah darinya.
Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut :
Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memang keinginan seorang hamba tersebut untuk selain Allah. Dia ingin dan senang apabila diketahui oleh orang lain bahwa ia telah melakukan hal tersebut dan sama sekali tidak meniatkan ikhlas untuk Allah ‘azza wa jalla, kita berlindung kepada Allah dari yang seperti itu. Jenis ini termasuk nifak.
2. Pada awalnya niat dan tujuan hamba tadi untuk Allah, namun apabila dilihat oleh manusia ia tambah giat dalam ibadahnya dan memperindah seindah-indahnya. Ini termasuk syirik yang tersembunyi. Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wahai sekalian manusia, jauhilah kesyirikan yang tersembunyi!” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu syirik yang tersembunyi?” Beliau menjawab, “Seseorang bangkit melakukan solat kemudian dia bersungguh-sungguh memperindah solatnya kerana dilihat manusia. Itulah yang disebut dengan syirik yang tersembunyi.” [HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi]
3. Seorang hamba pada awal masuk memulai ibadah, ia lakukan untuk Allah dan keluar dari ibadah itu untuk Allah, kemudian ia menjadi terkenal dengan ibadah itu serta dipuji, ia pun merasa senang dengan hal itu dan berangan-angan para manusia memuji dan memuliakannya. Disamping itu dia pun mendapatkan apa yang dia inginkan dari harta benda dunia. Kesenangan dan keinginan untuk mendapatkan yang lebih serta mencapai apa yang diimpikannya ini menunjukkan riya’ tersembunyi yang ada pada dirinya.
4. Dan disana ada riya’ yang bersifat badaniyah, seperti orang yang menampakkan kepucatan dan kekurusannya agar dilihat oleh manusia bahwa dia itu seorang ahli ibadah yang telah dikalahkan oleh ketakutan terhadap akhirat. Terkadang juga dengan merendahkan suara dan kekeringan bibirnya agar disangka oleh manusia bahwa ia sedang berpuasa.
5. Riya’ dari segi pakaian dan trend moden, seperti orang yang mengenakan pakaian yang penuh tambalan agar disangka oleh manusia bahwa dia seorang yang zuhud terhadap dunia, atau mengenakan pakaian jubah tertentu yang biasa dipakai oleh para ulama. Ia memakai pakaian itu agar dikatakan sebagai orang yang alim.
6. Riya’ dengan ucapan. Majoritinya ini adalah riya’ yang menjangkiti para ahli agama, penasihat dan pemberi orang yang
menghafal kabar dan hadits untuk berdiskusi, debat dan jidal serta menampakkan kedalaman ilmunya.
7. Riya’ dalam amalan, seperti orang yang riya’ dalam solatnya dengan memperpanjang sholat, ruku’ dan sujudnya, menampakkan kekhusyu’an, dan orang yang riya’ dalam ibadah puasa, haji dan sedekah.
8. Riya’ dengan mencela dirinya sendiri dengan tujuan agar dilihat oleh manusia bahwa dia orang yang tawadhu’, sehingga kedudukan dia terangkat di sisi mereka yang akhirnya memuji dan menyanjungnya. Ini termasuk kelembutan (tersembunyinya) pintu-pintu riya’.
9. Diantara kelembutan dan kesamaran riya’ adalah seseorang menyembunyikan amalannya, dimana dia tidak menghendaki ada orang lain yang melihatnya dan tidak senang ketaatannya nampak. Akan tetapi, apabila dilihat oleh manusia ia senang apabila manusia mengucapkan salam terlebih dahulu kepadanya, menciumnya dengan penuh kegembiraan dan penghormatan, memujinya, semangat memenuhi kehendaknya dan mendapatkan keringanan dalam jual beli. Apabila dia tidak menjumpai itu semua, ia merasakan rasa sakit yang mendalam dalam dirinya,seakan-akan dia mengharuskan adanya penghormatan atas ketaatan yang dia sembunyikan.
Semoga Allah melindungi kita dari sifat Riya’ ini.