Adakah Anda Faham Islam Sebagaimana Abu Jahal Faham Islam?
Pelik bukan, mendengarkan tajuk artikel ini. Benar, Abu Jahal dan Abu Sufyan (ketika masih belum terima Islam) mungkin sekali memahami Islam lebih daripada kita ini yang telah bershahadah dan mengaku diri ini sebagai seorang Muslim.
Pelik bukan, bagaimana dua orang tokoh penentang Islam boleh sahaja memahami Islam ini dalam konteks untuk menerimanya. Sehinggakan mereka menjadi penentang yang amat tegar dan penzalim terhadap ummat Islam yang terawal.
Dengan ini saya bawakan dua buah kisah yang amat menarik, yang mungkin sekali membuktikan betapa mereka ini memahami Islam itu.
Kisah Abu Jahal
Abu Jahal nama sebenarnya adalah Amr Ibn Hisyam. Dia merupakan pemimpin arab jahiliyah yang terkenal. Digelar Abu Jahal kerna kejahilan nya terhadap Islam dan kerana kejahilannya itu dia menentang. Bukan lah maksudnya dia jahil itu dia tidak mengetahui tetapi dia mengetahui dakwah Rasul itu, memahaminya, tetapi menentang dengan cukup tegar sekali.
Dia juga digelar sebagai Abu Hakam; dimana gelaran ini membawa maksud seorang yang memiliki kebijaksanaan (father of wisdom).
Jadi bagaimana kita hendak katakan yang seorang yang digelar sebagai 'father of wisdom' ini tidak memahami dua kalimat arab yang mempunyai makna tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasullullah.
Abu Jahal merupakan seorang arab bahkan digelar dengan gelaran Abu Hakam, maknanya dia ini pastinya seorang yang arif dalam hal-hal bahasa sebagaimana seorang hakim memahami bahasa perundangan. Tetapi kenapa tetap juga ditolak Islam itu mentah-mentah bahkan menentang dengan penuh tegar dan dahsyat?
Diceritakan suatu ketika Ar-Rasul berdakwah kepada kaum kerabatnya dengan mengajak kepada tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah, maka berdiri dengan lantangnya Abu Jahal ini dengan berkata,
Lihat saudaraku, seiman dengan ku, kenapa kah kalimah yang kita lihat sebagai kalimah yang mudah ini boleh menyebabkan orang seperti Abu Jahal itu memerangi Muhammad SAW?
KENAPA KALIMAH YANG SERINGKALI KITA SEBUTKAN DAN LAFAZ SETIAP HARI SEPERTI TIADA APA-APA INI DI FAHAMI OLEH ABU JAHAL SEHINGGA DIA MENENTANG DENGAN PENUH TEGAR?
Maka tidak kah kita terfikir APAKAH MAKSUD SHAHADAH ITU SATU PERSATU? Dari makna kesaksian kepada maksud ilah kepada mengenal siapa itu Allah sehingga kepada mengakui dan mengenal apa itu Rasul dan siapakah Muhammad itu sebagai Rasul, sebagaimana difahami oleh Abu Jahal?
Kisah Abu Sufyan
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadanya, bahwa Heraclius (Herclius, Raja Rumawi Timur yang memerintah tahun 610 - 630 M) berkirim surat kepada Abu Sufyan menyuruh ia datang ke Syam bersama kafilah saudagar Quraisy (Quraisy, nama suku bangsawan tinggi di negara Mekkah).
Waktu itu Rasullah saw, sedang dalam perjanjian damai dengan Abu Sufyan dan dengan orang-orang kafir Quraisy (Perjanjian damai, yaitu Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat tahun 6 H). Mereka datang menghadap Heraclius di Ilia (Ilia, yaitu Baitul Maqdis (Jerusaalem)) terus masuk ke dalam majlisnya, dihadapi oleh pembesar-pembesar Rumawi.
Kemudian Heraclius Memanggil orang-orang Quraisy itu beserta Jurubahasanya. Ceritanya barangkali panjang maka saya ringkaskan kepada satu perbualan sahaja.
Heraclius: "Apakah yang diperintahkannya kepada kamu sekalian?"
Abu Sufyan: "Dia (Muhammad) menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan nenek moyangmu! Disuruhnya kami menegakkan Shalat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempererat persaudaraan!"
Lihat, Abu Sufyan memahami apa yang dibawa Ar Rasul, yakni shahadah itu. Tetapi kenapa ketika itu dia tidak mahu terima Islam? Apa yang ada sebenarnya dalam kalimat yang kita lihat sebagai mudah itu sehingga Abu Jahal memeranginya dan kaisar romawi begitu ingin tahu terhadapnya?
Apa yang ada pada kalimat itu sehingga kedua tokoh arab itu memahaminya dan menolaknya sedangkan ada yang menerimanya dengan hati terbuka seperti Abu Bakar As Siddiq dan ada yang menerimanya setelah memahaminya walaupun sebelumnya berniat membunuh Ar Rasul seperti Umar Ibn Khattab?
Kalimah shahadah itu merupakan perjanjian yang teguh antara seorang insan dengan penciptanya tanpa perantaraan manusia. Tanpa paderi yang menjadi perantara. Hubungan terus antara manusia dengan Allah. Dimana kita menerima Allah itu sebagai ilah dan Muhammad itu sebagai Rasul Nya?
Apakah ilah itu sehingga kita sebutkan ilah itu sebagai Tuhan? Ilah itu adalah: "Yang diharapkan, Yang ditakuti, Yang diikuti, Yang dicintai" dimana sifat itu difahami dengan sebetulnya.
Di mana kita letakkan syahadah kita?
Masalahnya kini kita telah mencipta banyak ilah lain selain Allah secara kita tidak sedar. Saya sebagai remaja ingin memberi contoh, kita punya kekasih hati (orang sarawak panggil gerek) dan kita harapkan dia, kita sayangkan dia sepenuh hati, kita ikut kehendaknya, kita takut kalau dia merajuk atau sedih dan kita cintai dia sepenuh hati kita. Bukankah itu kita telah menciptakan ilah yang lain?!!
Benar, kita senang katakan yang kita mencintai Allah lebih dari segalanya, lebih dari kekasih kita itu. Tetapi adakah iman itu hanya dibuktikan dengan kata-kata kosong sedangkan perlakuan kita tidak menunjukkan dan membuktikan apa yang kita ucapkan bahkan berlawanan dengan apa yang kita katakan cinta kita sepenuhnya kepada Allah???
Dimana sebenarnya kita letakkan Allah itu sebagai ilah dan lebih lagi dimana kita letakkan pengertian kita bershahadah??? Bahkan dalam konteks remaja yang berkasihan dengan lawan sejenisnya itu melakukan maksiat kepada Allah dalam dia berkata dia mencintai Allah lebih dari segalanya. Itu sesuatu yang sangat keji dan menyedihkan.
Mungkin dalam konteks sebagai dewasa, sebagai pekerja, pembaca mungkin boleh berfikir sendiri betapa kita telah mencipta sembahan dan ilah selain Allah. Dimanakah nilai kita ini sebagai seorang yang bershahadah? Adakah kita bershahadah dengan bermain-main? Ataupun kita anggap shahadah itu sebagai kata-kata kosong yang tidak ada harga dan isinya??
Lihat saudara ku, betapa sehingga Abu Jahal itu menentang Islam kerana dia tahu bilamana dia menerima Allah itu sebagai satu-satunya ilah dia perlu dan wajib menolak ilah lain yang telah dia ciptakan seperti kekuasan, kekayaan dan darjat. Bilamana dia memahami maksud ilah itu, dia menentang Islam bahkan melancarkan perang terhadap Islam.
Sesungguhnya Abu Jahal ini benar-benar memahami shahadah itu dan memahami maksud ilah yang sebenar. Adakah kita faham Islam itu sebagaimana Abu Jahal memahaminya, atau lebih teruk lagi??
Fikirkanlah..:
Pelik bukan, bagaimana dua orang tokoh penentang Islam boleh sahaja memahami Islam ini dalam konteks untuk menerimanya. Sehinggakan mereka menjadi penentang yang amat tegar dan penzalim terhadap ummat Islam yang terawal.
Dengan ini saya bawakan dua buah kisah yang amat menarik, yang mungkin sekali membuktikan betapa mereka ini memahami Islam itu.
Kisah Abu Jahal
Abu Jahal nama sebenarnya adalah Amr Ibn Hisyam. Dia merupakan pemimpin arab jahiliyah yang terkenal. Digelar Abu Jahal kerna kejahilan nya terhadap Islam dan kerana kejahilannya itu dia menentang. Bukan lah maksudnya dia jahil itu dia tidak mengetahui tetapi dia mengetahui dakwah Rasul itu, memahaminya, tetapi menentang dengan cukup tegar sekali.
Dia juga digelar sebagai Abu Hakam; dimana gelaran ini membawa maksud seorang yang memiliki kebijaksanaan (father of wisdom).
Jadi bagaimana kita hendak katakan yang seorang yang digelar sebagai 'father of wisdom' ini tidak memahami dua kalimat arab yang mempunyai makna tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasullullah.
Abu Jahal merupakan seorang arab bahkan digelar dengan gelaran Abu Hakam, maknanya dia ini pastinya seorang yang arif dalam hal-hal bahasa sebagaimana seorang hakim memahami bahasa perundangan. Tetapi kenapa tetap juga ditolak Islam itu mentah-mentah bahkan menentang dengan penuh tegar dan dahsyat?
Diceritakan suatu ketika Ar-Rasul berdakwah kepada kaum kerabatnya dengan mengajak kepada tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah, maka berdiri dengan lantangnya Abu Jahal ini dengan berkata,
"Jika itu kau bawakan kepada kami wahai Muhammad, maka kau telah melancarkan perang terhadap seluruh jazirah Arab tidak kira dengan orang arab atau bukan arab!".
Lihat saudaraku, seiman dengan ku, kenapa kah kalimah yang kita lihat sebagai kalimah yang mudah ini boleh menyebabkan orang seperti Abu Jahal itu memerangi Muhammad SAW?
KENAPA KALIMAH YANG SERINGKALI KITA SEBUTKAN DAN LAFAZ SETIAP HARI SEPERTI TIADA APA-APA INI DI FAHAMI OLEH ABU JAHAL SEHINGGA DIA MENENTANG DENGAN PENUH TEGAR?
Maka tidak kah kita terfikir APAKAH MAKSUD SHAHADAH ITU SATU PERSATU? Dari makna kesaksian kepada maksud ilah kepada mengenal siapa itu Allah sehingga kepada mengakui dan mengenal apa itu Rasul dan siapakah Muhammad itu sebagai Rasul, sebagaimana difahami oleh Abu Jahal?
Kisah Abu Sufyan
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadanya, bahwa Heraclius (Herclius, Raja Rumawi Timur yang memerintah tahun 610 - 630 M) berkirim surat kepada Abu Sufyan menyuruh ia datang ke Syam bersama kafilah saudagar Quraisy (Quraisy, nama suku bangsawan tinggi di negara Mekkah).
Waktu itu Rasullah saw, sedang dalam perjanjian damai dengan Abu Sufyan dan dengan orang-orang kafir Quraisy (Perjanjian damai, yaitu Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat tahun 6 H). Mereka datang menghadap Heraclius di Ilia (Ilia, yaitu Baitul Maqdis (Jerusaalem)) terus masuk ke dalam majlisnya, dihadapi oleh pembesar-pembesar Rumawi.
Kemudian Heraclius Memanggil orang-orang Quraisy itu beserta Jurubahasanya. Ceritanya barangkali panjang maka saya ringkaskan kepada satu perbualan sahaja.
Heraclius: "Apakah yang diperintahkannya kepada kamu sekalian?"
Abu Sufyan: "Dia (Muhammad) menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan nenek moyangmu! Disuruhnya kami menegakkan Shalat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempererat persaudaraan!"
Lihat, Abu Sufyan memahami apa yang dibawa Ar Rasul, yakni shahadah itu. Tetapi kenapa ketika itu dia tidak mahu terima Islam? Apa yang ada sebenarnya dalam kalimat yang kita lihat sebagai mudah itu sehingga Abu Jahal memeranginya dan kaisar romawi begitu ingin tahu terhadapnya?
Apa yang ada pada kalimat itu sehingga kedua tokoh arab itu memahaminya dan menolaknya sedangkan ada yang menerimanya dengan hati terbuka seperti Abu Bakar As Siddiq dan ada yang menerimanya setelah memahaminya walaupun sebelumnya berniat membunuh Ar Rasul seperti Umar Ibn Khattab?
Kalimah shahadah itu merupakan perjanjian yang teguh antara seorang insan dengan penciptanya tanpa perantaraan manusia. Tanpa paderi yang menjadi perantara. Hubungan terus antara manusia dengan Allah. Dimana kita menerima Allah itu sebagai ilah dan Muhammad itu sebagai Rasul Nya?
Apakah ilah itu sehingga kita sebutkan ilah itu sebagai Tuhan? Ilah itu adalah: "Yang diharapkan, Yang ditakuti, Yang diikuti, Yang dicintai" dimana sifat itu difahami dengan sebetulnya.
Di mana kita letakkan syahadah kita?
Masalahnya kini kita telah mencipta banyak ilah lain selain Allah secara kita tidak sedar. Saya sebagai remaja ingin memberi contoh, kita punya kekasih hati (orang sarawak panggil gerek) dan kita harapkan dia, kita sayangkan dia sepenuh hati, kita ikut kehendaknya, kita takut kalau dia merajuk atau sedih dan kita cintai dia sepenuh hati kita. Bukankah itu kita telah menciptakan ilah yang lain?!!
Benar, kita senang katakan yang kita mencintai Allah lebih dari segalanya, lebih dari kekasih kita itu. Tetapi adakah iman itu hanya dibuktikan dengan kata-kata kosong sedangkan perlakuan kita tidak menunjukkan dan membuktikan apa yang kita ucapkan bahkan berlawanan dengan apa yang kita katakan cinta kita sepenuhnya kepada Allah???
Dimana sebenarnya kita letakkan Allah itu sebagai ilah dan lebih lagi dimana kita letakkan pengertian kita bershahadah??? Bahkan dalam konteks remaja yang berkasihan dengan lawan sejenisnya itu melakukan maksiat kepada Allah dalam dia berkata dia mencintai Allah lebih dari segalanya. Itu sesuatu yang sangat keji dan menyedihkan.
Mungkin dalam konteks sebagai dewasa, sebagai pekerja, pembaca mungkin boleh berfikir sendiri betapa kita telah mencipta sembahan dan ilah selain Allah. Dimanakah nilai kita ini sebagai seorang yang bershahadah? Adakah kita bershahadah dengan bermain-main? Ataupun kita anggap shahadah itu sebagai kata-kata kosong yang tidak ada harga dan isinya??
Lihat saudara ku, betapa sehingga Abu Jahal itu menentang Islam kerana dia tahu bilamana dia menerima Allah itu sebagai satu-satunya ilah dia perlu dan wajib menolak ilah lain yang telah dia ciptakan seperti kekuasan, kekayaan dan darjat. Bilamana dia memahami maksud ilah itu, dia menentang Islam bahkan melancarkan perang terhadap Islam.
Sesungguhnya Abu Jahal ini benar-benar memahami shahadah itu dan memahami maksud ilah yang sebenar. Adakah kita faham Islam itu sebagaimana Abu Jahal memahaminya, atau lebih teruk lagi??
Fikirkanlah..:
"dan diantara manusia ada yang menyembah selain Allah sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat besar cintanya kepada Allah." 2:165